Yuk Pelajari Tsunami
Apa Itu Tsunami?
Tsunami adalah sebuah gelombang, atau urutan dari sebuah gelombang besar yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya perpindahan atau secara vertikal pada kolom air. Istilah tsunami sebenarnya berasal dari bahasa Jepang, kata tsu yang memiliki arti pelabuhan dan nami yang memiliki arti gelombang, diberikan istilah tersebut karena sering terjadi kenampakan gelombang yang terlihat di pelabuhan setelah terjadi gempa di lepas pantai (Bryant, 2008).
Bagaimana Tsunami Terjadi?
Ada empat mekanisme yang dapat menyebabkan tsunami, yaitu gempa bumi, vulkanisme, longsoran bawah laut dan asteroid
Tsunami Disebabkan Gempa Bumi
Gempa bumi yang terjadi di 100 km bagian atas dari kerak samudera merupakan gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami, namun gempa bumi yang berpusat di daratan yang berdekatan dengan laut juga dapat menimbulkan tsunami (Bryant, 2008). Tidak semua gempa bumi menghasilkan tsunami. Gempa bumi yang dapat menghasilkan tsunami adalah gempa yang terjadi di laut dengan magnitudo sebesar 7.0 atau lebih dan kedalaman < 70 km (BMKG, 2010).

Tsunami Disebabkan Vulkanisme
Tsunami dapat terjadi melalui letusan eksplosif dari pulau vulkanik atau gunung api bawah laut. Letusan eksplosif dapat menyebabkan hilangnya kerucut vulkanik oleh ruang magma di bawah kerucut, yang mengakibatkan keruntuhan kerucut secara tiba-tiba dan pembentukan kaldera bawah laut. Massa besar air laut yang mengelilingi gunung berapi mengalir ke kaldera dan air laut akhirnya meluap sebagai tsunami (Shiki et al., 2008). Ada beberapa mekanisme dari aktivitas vulkanisme yang dapat memicu tsunami (Mutaqin et al., 2019). Ilustrasi disajikan pada gambar 2.

Tsunami Disebabkan Longsoran Bawah Laut
Longsoran bawah laut merupakan pergerakan sedimen yang masif. Pemicu terjadinya longsoran ini dapat disebabkan gempa bumi atau guncangan karena aktivitas vulkanik yang membuat sedimen yang tidak stabil menjadi bergerak. Perubahan tiba-tiba pada topografi dasar laut juga dapat memicu tsunami. Terjadinya longsoran bawah laut membuat topografi di dasar laut menjadi berubah. Oleh karena itu, longsoran bawah laut dapat memicu terjadinya tsunami (Shiki et al., 2008).

Tsunami Disebabkan Asteroid
Benda luar angkasa seperti asteroid atau komet yang masuk ke atmosfer bumi dan mencapai laut dapat menghasilkan gelombang besar dan menyebabkan terjadinya tsunami. (Bryant, 2008). Mekanisme terjadinya tsunami akibat asteroid atau komet mirip dengan tsunami karena aktivitas gunung api. Hantaman dari asteroid atau komet masuk ke laut dan menghasilkan kawah bawah laut. Air laut yang mengelilingi lokasi benturan mengalir masuk ke dalam kawah bawah laut kemudian air mengalir keluar menjadi tsunami. (Shiki et al., 2008).

Apa Itu Paleotsunami?
Paleotsunami menurut Intergovernmental Oceanographic Commission (2019) adalah tsunami yang terjadi sebelum catatan sejarah atau tidak ada pengamatan tertulisnya. Secara sederhana paleotsunami dapat dikatakan sebagai tsunami yang terjadi pada masa lalu
Bagaimana Bisa Tahu Paleotsunami?
Paleotsunami diketahui dengan identifikasi endapan paleotsunami. Ketika tsunami terjadi gelombang tersebut akan membawa material dari dasar laut. Saat mendekati pantai, tsunami juga menggerus dasar pantai yang umumnya terdiri atas material pasir. Sehingga terjadi percampuran antara material pasir pantai dan lumpur laut dalam. Semakin besar tsunami yang terjadi maka zona genangan tsunami (inundasi) beserta material yang dibawanya akan melampar semakin jauh ke arah darat. Setelah energi tsunami melemah, air laut kembali ke arah laut (backwash) dengan kecepatan yang lebih lambat sehingga material pasir yang terbawa tidak ikut kembali tetapi diendapkan di daratan. Endapan yang dibawa tsunami akan menutupi dataran pantai dan permukaan tanah (tanah) atau vegetasi yang ada (gambar 5) (Zaim dkk., 2018)

Endapan tsunami adalah endapan yang dibawa oleh tsunami, yang ditinggalkan di pantai selama fase inundasi atau kembali ke laut saat fase backwash. Endapan ini digunakan untuk mengidentifikasi peristiwa tsunami di masa lalu (paleotsunami). Akan tetapi, membedakan antara endapan yang dihasilkan oleh tsunami dan yang dihasilkan oleh badai atau proses sedimentasi lainnya merupakan proses yang sulit (Zaim dkk., 2018). Endapan tsunami memiliki variasi karakteristik khusus yang membedakanya dengan endapan lain. Identifikasi paleotsunami dilakukan dengan memanfaatkan proksi paleotsunami sebagai kriteria untuk memudahkan mengidentifikasi endapan paleotsunami (Chagué-Goff et al., 2011).
Apa Itu Proksi Paleotsunami?
Proksi paleotsunami adalah berbagai kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi endapan yang diakibatkan oleh proses tsunami (Chagué-Goff et al., 2011). Proksi paleotsunami berdasarkan Goff et al. (2012) adalah sebagai berikut:
No. | Proksi |
---|---|
1. | Ukuran butir yang berkisar bongkah (sekitar 750 m3 atau lebih besar) sampai lumpur halus. Tsunami biasanya akan membawa material beragam ukuran yang bergantung pada sumber sedimen yang tersedia |
2. | Sedimen dengan karakteristik umumnya halus ke dalam dan ke atas di dalam endapan. Endapan umumnya naik di ketinggian daratan dan dapat meluas hingga beberapa kilometer ke pedalaman dan puluhan atau ratusan kilometer di sepanjang pantai |
3. | Unit sedimen yang berbeda/kontras dengan lapisan lainnya akibat ada gelombang yang berbeda dan/atau mungkin ada sub-unit berlaminasi |
4. | Sub-unit bawah dan atas yang berbeda yang mencirikan runup dan backwash akibat tsunami. |
5. | Kontak dengan lapisan dibawahnya biasanya tidak selaras atau erosional |
6. | Dapat berisi intraklas (rip-up clast) dari material yang mengalami reworked |
7. | Kadang-kadang dikaitkan dengan struktur pembebanan di dasar endapan dan dapat dikaitkan dengan fitur likuifaksi di permukaan tanah yang disebabkan oleh gempa bumi yang mengguncang tanah |
8. | Fitur skala mikro seperti mikro rip-up clast, lapisan tipis skala milimeter, sisa material organik, lapisan menghalus ke atas dan kontak erosi yang mungkin terlihat di sayatan tipis tetapi tidak di terlihat di skala stratigrafi lapangan. |
9. | Pengukuran suseptibilitas magnetik anisotropi (AMS) dikombinasikan dengan analisis ukuran butir memberikan informasi tentang kondisi hidrodinamik 'khas' selama pengendapan tsunami. Penting jika tidak ada struktur sedimen yang terlihat. Sifat magnetik mineral (termasuk kerentanan magnetis) memberikan informasi tentang lingkungan pengendapan. |
10. | Laminasi mineral berat dekat dengan bagian bawah unit / sub-unit tetapi tidak sering muncul dan bergantung pada sumber material tsunami. Komposisi dan distribusi vertikal kumpulan mineral berat dapat berubah dari bagian bawah ke atas endapan misalnya, ditemukan lebih banyak mineral mika di bagian atas. |
11. | Peningkatan konsentrasi unsur natrium, belerang, klorin (indikator paleosalinitas, termasuk rasio elemen), kalsium, stronsium, magnesium (terkait dengan kandungan cangkang atau terumbu karang), titanium, zirconium (terkait dengan lamina mineral berat jika ada) terjadi pada endapan tsunami relatif terhadap sedimen di bawah dan di atasnya. |
12. | Kemungkinan kontaminasi oleh logam berat dan metaloid. |
13. | Bukti geokimia (kandungan air asin) dan temuan mikrofosil yang meluas lebih jauh ke daratan daripada batas maksimum seharusnya ditemukan di darat. |
14. | Cangkang organisme laut dan lapisan kaya cangkang. Karakteristik cangkang yang beragam usia menunjukkan adanya reworked akibat energi gelombang besar seperti tsunami. |
15. | Cangkang, kayu, dan beragam material yang hancur sering ditemukan "tersisip" dekat atau pada lapisan atas dugaan endapan paleotsunami. |
16. | Dapat berasosiasi dengan sisa tanaman vaskular yang terkubur dan / atau tanah yang terkubur dan / atau sisa tulang (bukan tulang manusia). |
17. | Umumnya berasosiasi dengan adanya peningkatan kemunculan diatom yang hidup di lingkungan laut – air payau. |
18. | Ditemukan kumpulan cangkang foraminifera (bisa juga fosil makhluk laut lainnya) yang jumlahnya meningkat namun dalam keadaan cangkang yang rusak. |
19. | Konsentrasi pollen darat umumnya menurun pada deposit dan/atau terjadi peningkatan konsentrasi pollen pantai. Perbedaan kandungan pollen pada bagian atas dan bawah deposit menandakan perubahan lingkungan, yang diduga disebabkan tsunami |
20. | Adanya situs arkeologi yang menindih atau ditindih oleh lapisan sedimen |
21. | Terdapat kumpulan benda arkeologi (archeological middens), namun tidak ada perubahan spesies hewan laut/tidak adanya spesies yang menunjukkan perubahan mendadak pada kondisi lingkungan purba darat dan dekat pantai |
22. | Situs arkeologi berupa bangunan yang nampak mengalami kerusakan akibat gelombang air. |
23. | Situs arkeologi yang terendapkan kembali (terkubur) di lokasi yang tidak seharusnya |
24. | Replikasi, lapisan peninggalan arkeologi pesisir dan tumpukan cangkang yang terpisahkan atau mengalami reworked sebagai ciri terjadinya ada bekas inundasi. |
25. | Cerita rakyat setempat tentang kejadian tsunami. |
26. | Akuisisi Paleogeomorfologi. |
27. | Paleogeomorfologi pada saat inundasi menunjukkan kemungkinan kecil terjadinya genangan badai. |
28. | Pengetahuan tsunamigenik lokal atau regional yang diketahui dan dapat dibuktikan atau diidentifikasi. |
29. | Pengetahuan lokal dan regional tentang lingkungan purba dapat menjadi informasi badai purba. Jika lingkungan purba tidak mendukung untuk terbentuk badai purba maka adanya lapisan sedimen yang unik berpotensi akibat tsunami |
30. | Kesamaan endapan pesisir serupa ditemukan secara regional yang mengindikasikan inundasi regional. |
Referensi
- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geoofisika. (2010). Indonesia Tsunami Early Warning System Konsep dan Implementasi. BMKG.
- Bryant, E. (2008). Tsunami The Underrated Hazard (Second, Vol. 43, Issue March). Springer. https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78
- Chagué-Goff, C., Schneider, J. L., Goff, J. R., Dominey-Howes, D., & Strotz, L. (2011). Expanding the proxy toolkit to help identify past events - Lessons from the 2004 Indian Ocean Tsunami and the 2009 South Pacific Tsunami. Earth-Science Reviews, 107(1–2), 107–122. https://doi.org/10.1016/j.earscirev.2011.03.007
- Grezio, A., Babeyko, A., Baptista, M. A., Behrens, J., Costa, A., Davies, G., Geist, E. L., Glimsdal, S., González, F. I., Griffin, J., Harbitz, C. B., LeVeque, R. J., Lorito, S., Løvholt, F., Omira, R., Mueller, C., Paris, R., Parsons, T., Polet, J., … Thio, H. K. (2017). Probabilistic Tsunami Hazard Analysis: Multiple Sources and Global Applications. Reviews of Geophysics, 55(4), 1158–1198. https://doi.org/10.1002/2017RG000579
- Intergovernmental Oceanographic Commission. (2019). Tsunami Glosary. UNESCO.
- Mutaqin, B. W., Lavigne, F., Hadmoko, D. S., & Ngalawani, M. N. (2019). Volcanic Eruption-Induced Tsunami in Indonesia: A Review. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 256(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/256/1/012023
- Shiki, T., Tsuji, Y., Minoura, K., & Yamazaki, T. (2008). Tsunamiites - Features and Implications. In Tsunamiites - Features and Implications. Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-444-51552-0.X0001-X
- Zaim, Y., Daryono, Sukanta, I. N., Rizal, Y., Aswan, Wahyu, R. O., Prasetya, T., Budiarta, Anugrah, S. D., Weniza, Fatchurochman, I., Wijayanto, Nugroho, C., Setiyono, U., Priyobudi, Yogaswara, D. S., Hawati, P., Gunawan, I., Anggraini, S., … Simangunsong, G. (2018). Jejak Tsunami Masa Lalu diantara Pangandaran dan Cilacap (M. Riyadi & R. Triyono (eds.); Pertama). Pusat Gempabumi dan Tsunami Kedeputian Bidang Geofisika BMKG.
Sekarang sudah tahu tentang tsunami?
Yuk Jelajahi data tsunami di Indonesia Klik disini untuk kembali ke WebGIS Indonesia Paleotsunami Database
#SiapUntukSelamat
Tentang Indonesia Paleotsunami Database
Indonesia Paleotsunami Database merupakan sebuah platform WebGIS yang menyajikan data kejadian tsunami yang pernah melanda Indonesia. WebGIS ini selain sebagai peta berbasis internet yang menampilkan data kejadian tsunami, WebGIS ini juga sebagai pangkalan data (database) yang menyimpan seluruh kejadian tsunami beserta karakteristiknya. Informasi yang ada dalam WebGIS ini adalah data kejadian tsunami dan endapan paleotsunami di Indonesia. Kehadiran media ini sebagai sarana infomrasi untuk keperluan penelitian paleotsunami di masa mendatang dan sebagai sarana edukasi untuk menambah kesadaran masyarakat terkait potensi tsunami di Indonesia.
Cantumkan Referensi WebGIS ini ketika anda menggunakannya sebagai rujukan dengan format: Ibtihaj, Ihda. 2021. Indonesia Paleotsunami Database, Universitas Indonesia. [tanggal akses]
Web Developer
Pengembangan Website ini dan WebGIS Indonesia Paleotsunami Database merupakan Proyek Paleotsunami Departemen Geosains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Pengembangan pembuatan website dikelola oleh Ihda Ibtihaj
Pangkalan Data Paleotsunami Indonesia
Platform WebGIS yang menyajikan data kejadian tsunami dan paleotsunami di Indonesia
Hubungi Kami
Departemen Geosains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
Gedung A FMIPA
Kampus UI Depok 1624 Provinsi Jawa Barat
Email: idpaleotsunami.ui@gmail.com
Web Developer
Ihda Ibtihaj
Email: ihdai.btihaj@ui.ac.id
Phone: +628787045110
LinkedIn: Ihda Ibtihaj